HAPPY CHRISTMAS
Kebahagiaan Natal tidak terletak pada kemeriahaan perayaan dengan dekorasi yang menarik, yang sebenarnya hal itu hanya sebagai asesori saja. Akan tetapi kebahagiaan Natal terdapat pada esensinya yaitu kehadiran Yesus Kristus, Sang IMMANUEL dalam kehidupan setiap orang percaya.
Selain itu, ada hal penting lainnya untuk memahami kebahagiaan natal, yakni sesunggunya natal dimulai dari kehidupan yang tidak bahagia, diliputi rasa takut, gelap, bergelimang dosa, egosentris, dan jauh dari kebenaran sejati. Dalam situasi dan kondisi seperti itulah Natal Yesus Kristus hadir membawa kebahagiaan. Dialah pembawa damai, Sang Terang yang mengambil kita dari kegelapan menuju TerangNya yang ajaib, kasihNya megampuni dan menerima kita apa adanya, mengajarkan kita arti kerendahan hati, dan menuntun kita kepada KebenaranNya.
Rindukah Anda menikmati kebahagiaan Natal sejati? Anda hanya perlu mengambil langkah sederhana: bukalah hatimu yang paling dalam dan isi kekosongan di ruang itu dengan kehadiran Yesus Kristus...God Bless All
SHARE & CARE
Senin, 22 Desember 2014
Jumat, 12 September 2014
PENDOBRAK
KEKUATIRAN
Matius 6:25a, “Janganlah kamu
kuatir akan hidupmu, akan apa yang hedan kamu makan dan minum, dan janganlah
kuatir pula akan tubuhmu apan apa yang hendak kamu pakai…”
Kekuatiran adalah gejolak
perasaan yang membuat seseorang bingung, galau, dan tidak nyaman. Gejolak yang
timbul dari dalam diri manusia tersebut mempengaruhi pikiran, sehingga kita
mengenal isitilah ‘kepikiran’. Masalah-masalah yang terjadi dalam hidup yang
belum terselesaikan itulah yang menjadi penyebab utama orang hidup dalam
kekuatiran.
Salah satu sifat dasar manusia memang dari sananya sudah ada sifat
kuatir. Sama halnya dengan ‘grogi’ , perasaan takut salah, atau ada
ketakutan-ketakutan tertentu, itu juga lahir dari perasaan kuatir. Namun hari ini firman Tuhan menegaskan agar
kita jangan mengkuatirkan akan soal-soal penghidupan. Cara yang firman Tuhan
anjurkan agar kita bisa mendobrak kekuatiran adalah seperti yang tertulis di
ayat 33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.”
Firman Tuhan tersebut sebenarnya
memberikan jawaban atas setiap masalah hidup kita, khususnya berhubungan dengan
kebutuhan dasar kita yaitu: sandang, pangan dan papan. Hanya saja kita perlu
meresponi dan melakukan apa yang Tuhan katakan. Mencari Tuhan dan kebenaran-Nya
harus mendapat tempat pertama dalam hidup kita, karena itu menunjukkan
keyakinan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Anda bisa mendobrak
kekuatiran-kekuatiran yang diakibatkan oleh masalah-masalah yang ada dengan
selalu mengutamakan Tuhan dan hidup
dalam kebenaran-Nya. Disitulah kunci berkat Tuhan terbuka bagi kita sebagaimana
firman-Nya, “maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Percayalah bahwa Anda akan
mendapatkan hasil yang luar biasa yang akan memenuhi kebutuhan Anda.
IMAN ITU MAHAL
1 Korintus 12:9,”Kepada yang
seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan.”
Pernyataan bahwa ‘iman itu mahal’
datang dari Dietrich Bonhoeffer seorang theolog modern. Elemen kepercayaannya
itu didasarkan pada penderitaan Kristus. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa
sejatinya para pengikut Kristus selalu disertai penderitaan karena penderitaan
merupakan bagian mendasar dari iman kepada Kristus. Artinya, sebagai
konsekuensi dari iman adalah mengikut Kristus sampai mati bila perlu, itulah
harga mengikut Yesus. Bonhoeffer mematuhi fatwanya dengan menjadi martir yaitu
diekskuksi dengan cara digantung.
Memang panggilan terhadap umat
Tuhan bukan hanya sekedar percaya kepada Yesus, namun harus menderita bersama
Yesus. Namun bukan berarti kita menafsirkan dengan pikiran bodoh dan bertindak
secara bodoh agar menderita tersalib seperti Kristus. Bukan itu maksudnya! Pengertian menderita bersama Kristus adalah
bagaimana cara kita meresponi sikap
tidak patut orang lain terhadap kita atau perlakuan mereka yang
mengecewakan, membuat jengkel, emosi dan marah, namun kita tetap memaafkan atau
mengampuni mereka. Ketika ada orang menyakiti kita, namun kita tidak
membalasnya, sebenarnya termasuk bagian dari ikut menderita bersama Kristus.
Iman adalah anugerah Tuhan dan
itu mahal. Artinya, kita bisa menjadi orang yang beriman atau percaya kepada
Tuhan karena ada pembuktian Kasih yang dimulai Yesus melalui pengorbanan-Nya di
atas kayu salib. Yesus rela menderita demi kasih-Nya kepada kita. Menyadari hal
ini, sepatutnyalah kita menjaga dan memelihara iman dan terus dibuktikan dalam
tindakan atau perbuatan nyata setiap
hari. Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati, maka hidupkanlah iman itu dalam
hidupmu bagi kemuliaan Tuhan.
Rabu, 05 Maret 2014
SEGERA TERBIT
BUKU ______________________________________________________________________
MEMBEDAH
ISI KOTBAH
Merekonstruksi
Materi Kotbah Berdasarkan
Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis
Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis
By.Marvel M.Rawung
__________________________________________________________________________________
“Awasilah dirimu sendiri dan
awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan
menyelamatkan dirimu dan
semua orang yang mendengar engkau”
(1Timotius 4:16).
_________________________________________________________________________________
Prakata
Mencermati trend isi kotbah yang tidak memberitakan amanat teks dan kencederungannya bersifat ‘eisegesis’ dan ‘hiper-alegoris’ dapat dikategorikan sebagai tindakan destruktif (bersifat merusak) atau subversif (meruntuhkan) terhadap tatanan nilai hermeneutika (ilmu tafsir) dan tujuan homiletika (ilmu kotbah) yang sejatinya sebagai instrument untuk menolong Pengkotbah dalam mewartakan kebenaran esensial atau kebenaran seutuhnya. Disisi audience (jemaat) berpotensi menimbulkan interpretasi serta konklusi keliru, yang pada gilirannya di tahap aplikasi berakibat dilematis bagi tindakan iman, dan tentu saja menghambat pertumbuhan kedewasaan rohani mereka.
Mengkritisi fenomena tersebut, menurut
penulis perlu dilakukan semacam ‘Bedah Isi Kotbah’ (baca: mengungkap kembali)
dan direkonstruksi lagi (penyusunan ulang) dengan materi kotbah yang
berdasarkan study eksposisi Alkitab dan
eksegesa praktis. Tidak mudah membedah isi kotbah karena lebih bersifat
lisan (visual) atau bahasa verbal, dibandingkan membedah buku
atau yang
dikenal dengan resensi buku (a book
review) yang pengkajiannya secara tertulis. Akan tetapi, bukan berarti isi
kotbah yang disampaikan secara lisan atau visual tidak bisa dikritisi. Tentu
saja alasan dasar mengkritisi isi kotbah bukan untuk membuka ‘perang logika’ dengan
hamba Tuhan, namun sebagai upaya
memberikan sumbangsih pemikiran yang diharapakan menolong hamba Tuhan dalam
mempersiapkan materi kotbah dengan baik, dan dapat mempreposisikan esensi
kebenaran sesuai pedoman Alkitab. Sebab legitimasi terhadap isi kotbah yang tidak sesuai
dengan hakikat kebenaran alkitabiah adalah dosa dihadapan Tuhan dan jemaat.
Itu sebabnya, tanpa bermaksud merendahkan
martabat hamba Tuhan yang berkotbah atau mendiskreditkan kredibilitas
pelayanannya, tulisan ini bertujuan sebagai masukan untuk mempertegas
tanggungjawab Pengkotbah dalam menyampaikan Firman Tuhan. Hal ini penting agar
Pengkotbah tetap “awas” terhadap
ajarannya sebagaimana ditegaskan dalam 1 Timotius 4:16, belajar lebih dalam memahami nats ayat atau teks dengan
benar dan menyajikannya sesuai arti
esensinya, dan sebagai filter bagi tafsiran
yang dipaksakan menurut subyektifitasnya, melainkan berlandaskan obyektivitas
kebenaran alkitabiah. Mengingat bahwa Pengkotbah dalam hal ini: Gembala Sidang
atau Pelayan Tuhan, Pemimpin Sel Group, serta Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi
(STT) memiliki tanggung jawab iman, mental, moral, spiritual dan intelektual
dihadapan Tuhan dan jemaat pada waktu menyampaikan Firman Tuhan, maka tanggung
jawab ini penting untuk terus diingat dan didengungkan dalam hati. Sebab isi ajaran yang dikotbahkan memberikan dampak signifikan terhadap jemaat
yang .mendengarnya, apakah ajaran itu benar atau salah. Seperti apa ‘isi
ajaran’ yang dikotbahkan atau dikomunikasikan,
maka seperti itu pula nantinya akan
mengisi pemahaman atau pola pikir (paradigma) jemaat sebagai pijakan bagi
pembentukan respon, kualitas sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Dengan
demikian jemaat dapat mencapai tujuan memamahi Alkitab secara utuh dan
mengaplikasikan Firman Tuhan dengan benar dalam konteks masa kini, sangat bergantung
dari isi kotbahnya.
Atas alasan itulah, penulis
merasa terbeban untuk membagikan buah pikiran dalam tulisan “Membedah Isi Kotbah: Merekonstruksi Materi
Kotbah Berdasarkan Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis” yang diharapkan bisa menjadi salah satu
referensi bagi para Pengkotbah, sebagai
tambahan khasanah pengetahuan dan pendalaman menggali materi kotbah, sehingga
menjadi ‘konsumsi layak’ dan ‘bergizi’ atau menjadi ‘rhema’ dan berkat bagi
jemaat yang dilayani.
Senin, 16 Desember 2013
PENYEMBAHAN SEJATI
(Perspektif Natal)
Matius 2:2, “Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah
Dia.”
Moment
kelahiran Yesus Kristus atau yang
disebut Natal, sangat special bagi orang percaya di seluruh dunia. Berbagai
persiapan dilakukan untuk menyambut hari bahagia ini, namun sangat disayangkan
bila keindahan Natal hanya sekedar diisi dengan kesenangan belaka.
Beberapa
orang Majus dari Timur sangat yakin
bahwa ada Raja yang lahir di dunia. Kerinduan besar untuk berjumpa dengan Sang
Raja dan ingin menyembah-Nya, terlihat
jelas dari pengorbanan waktu yang mereka sediakan. Secara teologis, sikap hati seperti ini
tentunya tidak lazim bagi orang yang belum mengenal Tuhan, namun adalah
sebuah keajaiban yang Tuhan nyatakan kepada mereka mengalami perjumpaan pribadi
dengan Yesus , sekaligus menyatakan benar bahwa Juruselamat dunia telah lahir
sesuai dengan nubuatan para Nabi yang tercatat dalam Alkitab. Respon berbeda
nampak dari para ahli Taurat dan Pemuka Agama yang walaupun memahami nubuatan kedatangan Mesias atau kelahiran Yesus
Kristus di Betlehem, tetapi tidak ada inisiatif untuk menyembah-Nya.
Sebaliknya, Herodes menyatakan ingin menyembah Yesus tetapi di dalam hatinya
penuh kepura-puraan dan kejahatan terencana.
Peristiwa
tersebut seharusnya mencelikkan mata hati kita dan memberikan pelajaran penting
dimasa kini, bagaimana seharusnya sikap
yang tepat dan benar dalam menyambut Natal Yesus Kristus. Natal
berhubungan dengan sikap hati menyembah Tuhan yang dilakukan selama nafas hidup
masih berhembus, artinya penyembahan kepada Yesus Kristus tidak terbatas, dan
ini harus menjadi gaya hidup kita setiap saat. Penyembahan berbicara
keintiman dengan Tuhan, pembenahan diri atau koreksi diri, ketundukan diri,
penaklukkan sikap egoisme dan menumbuhkan semangat kerendahan hati, dan
totalias hidup dan apa yang dilakukan adalah semata-mata hanya pemuliaan Raja
segala raja yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Mari kita
sambut Natal Yesus Kristus dengan gairah penyembahan sejati. Penyembahan anda
kepada Yesus Kristus menentukan makna Natal sesungguhnya di hidup yang anda
jalani hari ini dan esok. True
Worshippers Christmas!
^^^^^^^
EUFORIA TAHUN BARU
(Pemaknaan
Pergantian Tahun dengan Benar)
_____________________________________________________________________________________
1
Tawarikh 20:1, “Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju
berperang, maka Yoab membawa keluar bala tentaranya, lalu ia memusnahkan negeri
bani Amon, kemudian ia maju dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri
tinggal di Yerusalem.”
___________________________________________________________________________________________
Tahun baru adalah suatu perayaan di
mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya
hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya
mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada
tanggal 1 Januari karena Indonesia
mengadopsi kalender Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia
(Wikipedia bahasa Indonesia).
Euforia
pergantian tahun ditandai dengan pesta kembang api, trek-trekan kendaraan bermotor, dugem, pesta
pora. Euforia lain terlihat karena di mall-mall memberikan diskon hingga 70%
bagi mereka yang berbelanja tepat pada pk.12.00 malam. Namun, situasi ini hanya
berlaku satu malam saja, namun belum tentu besok seperti itu!
Masa
pergantian tahun atau tahun baru bagi
Israel di era pemerintahan raja Daud,
ditandai dengan ‘perang’ sebagaimana yang tercatat dalam 1 Tawarikh
20:1-8. Belum sampai menikmati euforia
kemenangan di Yerusalem, mereka harus
bertempur lagi melawan orang Filistin di Gat yang tentaranya keturunan raksasa. Bahkan di pasal 21 menunjukkan bentuk pertempuran ‘roh’ dimana
Iblis bangkit melawan orang Israel. Dari
sekian tanda-tanda yang diperlihatkan pada pergantian tahun, mengingatkan kita
agar tetap waspada, sebab ada banyak tantangan dan rintangan lebih besar yang akan kita hadapi di depan.
Jangan
terlena dengan euforia sesaat, namun alangkah bijaksananya anda ketika hari ini
menghimpun kekuatan iman,mental,spiritual dan intelektual yang baik, terutama
semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, agar ke depan anda siap menerobosi
tantangan dan rintangan sebesar apapun itu, termasuk kekuatan Iblis. Percayalah, anda diciptakan sebagai PEMENANG!
Langganan:
Postingan (Atom)