Senin, 22 Desember 2014

HAPPY CHRISTMAS
    Kebahagiaan Natal tidak terletak pada kemeriahaan perayaan dengan dekorasi yang menarik, yang sebenarnya hal itu hanya sebagai asesori saja. Akan tetapi kebahagiaan Natal terdapat pada esensinya yaitu kehadiran Yesus Kristus, Sang IMMANUEL dalam kehidupan setiap orang percaya.
   Selain itu, ada hal penting lainnya untuk memahami kebahagiaan natal, yakni sesunggunya natal dimulai dari kehidupan yang tidak bahagia, diliputi rasa takut, gelap, bergelimang dosa, egosentris, dan jauh dari kebenaran sejati. Dalam situasi dan kondisi seperti itulah Natal Yesus Kristus hadir membawa kebahagiaan. Dialah pembawa damai, Sang Terang yang mengambil kita dari kegelapan menuju TerangNya yang ajaib, kasihNya megampuni dan menerima kita apa adanya, mengajarkan kita arti kerendahan hati, dan menuntun kita kepada KebenaranNya.
     Rindukah Anda menikmati kebahagiaan Natal sejati? Anda hanya perlu mengambil langkah sederhana: bukalah hatimu yang paling dalam dan isi kekosongan di ruang itu dengan kehadiran Yesus Kristus...God Bless All





Jumat, 12 September 2014



PENDOBRAK KEKUATIRAN

Matius 6:25a, “Janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hedan kamu makan dan minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu apan apa yang hendak kamu pakai…”

Kekuatiran adalah gejolak perasaan yang membuat seseorang bingung, galau, dan tidak nyaman. Gejolak yang timbul dari dalam diri manusia tersebut mempengaruhi pikiran, sehingga kita mengenal isitilah ‘kepikiran’. Masalah-masalah yang terjadi dalam hidup yang belum terselesaikan itulah yang menjadi penyebab utama orang hidup dalam kekuatiran.
        Salah satu sifat dasar manusia memang dari sananya sudah ada sifat kuatir. Sama halnya dengan ‘grogi’ , perasaan takut salah, atau ada ketakutan-ketakutan tertentu, itu juga lahir dari perasaan kuatir.  Namun hari ini firman Tuhan menegaskan agar kita jangan mengkuatirkan akan soal-soal penghidupan. Cara yang firman Tuhan anjurkan agar kita bisa mendobrak kekuatiran adalah seperti yang tertulis di ayat 33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
          Firman Tuhan tersebut sebenarnya memberikan jawaban atas setiap masalah hidup kita, khususnya berhubungan dengan kebutuhan dasar kita yaitu: sandang, pangan dan papan. Hanya saja kita perlu meresponi dan melakukan apa yang Tuhan katakan. Mencari Tuhan dan kebenaran-Nya harus mendapat tempat pertama dalam hidup kita, karena itu menunjukkan keyakinan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan.
        Anda bisa mendobrak kekuatiran-kekuatiran yang diakibatkan oleh masalah-masalah yang ada dengan selalu  mengutamakan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya. Disitulah kunci berkat Tuhan terbuka bagi kita sebagaimana firman-Nya, “maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Percayalah bahwa Anda akan mendapatkan hasil yang luar biasa yang akan memenuhi kebutuhan Anda.





IMAN ITU MAHAL

1 Korintus 12:9,”Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.”

Pernyataan bahwa ‘iman itu mahal’ datang dari Dietrich Bonhoeffer seorang theolog modern. Elemen kepercayaannya itu didasarkan pada penderitaan Kristus. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa sejatinya para pengikut Kristus selalu disertai penderitaan karena penderitaan merupakan bagian mendasar dari iman kepada Kristus. Artinya, sebagai konsekuensi dari iman adalah mengikut Kristus sampai mati bila perlu, itulah harga mengikut Yesus. Bonhoeffer mematuhi fatwanya dengan menjadi martir yaitu diekskuksi dengan cara digantung.
Memang panggilan terhadap umat Tuhan bukan hanya sekedar percaya kepada Yesus, namun harus menderita bersama Yesus. Namun bukan berarti kita menafsirkan dengan pikiran bodoh dan bertindak secara bodoh agar menderita tersalib seperti Kristus. Bukan itu maksudnya!  Pengertian menderita bersama Kristus adalah bagaimana cara kita meresponi sikap  tidak patut orang lain terhadap kita atau perlakuan mereka yang mengecewakan, membuat jengkel, emosi dan marah, namun kita tetap memaafkan atau mengampuni mereka. Ketika ada orang menyakiti kita, namun kita tidak membalasnya, sebenarnya termasuk bagian dari ikut menderita bersama Kristus.
Iman adalah anugerah Tuhan dan itu mahal. Artinya, kita bisa menjadi orang yang beriman atau percaya kepada Tuhan karena ada pembuktian Kasih yang dimulai Yesus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Yesus rela menderita demi kasih-Nya kepada kita. Menyadari hal ini, sepatutnyalah kita menjaga dan memelihara iman dan terus dibuktikan dalam tindakan  atau perbuatan nyata setiap hari. Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati, maka hidupkanlah iman itu dalam hidupmu bagi kemuliaan Tuhan.







Rabu, 05 Maret 2014



SEGERA TERBIT BUKU ______________________________________________________________________
MEMBEDAH ISI KOTBAH
Merekonstruksi Materi Kotbah Berdasarkan
 Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis
By.Marvel M.Rawung
__________________________________________________________________________________
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu,                             karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang  yang mendengar engkau” (1Timotius 4:16).
_________________________________________________________________________________

Prakata
        Mencermati trend isi kotbah yang tidak memberitakan amanat teks dan kencederungannya bersifat ‘eisegesis’ dan ‘hiper-alegoris’ dapat dikategorikan sebagai tindakan destruktif (bersifat merusak) atau subversif (meruntuhkan) terhadap tatanan nilai hermeneutika (ilmu tafsir) dan tujuan homiletika (ilmu kotbah)  yang sejatinya  sebagai instrument untuk menolong Pengkotbah dalam mewartakan kebenaran esensial atau kebenaran seutuhnya.  Disisi audience (jemaat) berpotensi menimbulkan interpretasi serta konklusi keliru, yang pada gilirannya di tahap aplikasi berakibat dilematis bagi tindakan iman, dan tentu saja menghambat pertumbuhan kedewasaan rohani mereka.
        Mengkritisi fenomena tersebut, menurut penulis perlu dilakukan semacam ‘Bedah Isi Kotbah’ (baca: mengungkap kembali) dan direkonstruksi lagi (penyusunan ulang) dengan materi kotbah yang berdasarkan study eksposisi Alkitab dan  eksegesa praktis. Tidak mudah membedah isi kotbah karena lebih bersifat lisan (visual) atau bahasa verbal, dibandingkan membedah buku  atau yang dikenal dengan resensi buku (a book review) yang pengkajiannya secara tertulis. Akan tetapi, bukan berarti isi kotbah yang disampaikan secara lisan atau visual tidak bisa dikritisi. Tentu saja alasan dasar mengkritisi isi kotbah  bukan untuk membuka ‘perang logika’ dengan hamba Tuhan,  namun sebagai upaya memberikan sumbangsih pemikiran yang diharapakan menolong hamba Tuhan dalam mempersiapkan materi kotbah dengan baik, dan dapat mempreposisikan esensi kebenaran sesuai pedoman Alkitab. Sebab legitimasi terhadap isi kotbah yang tidak sesuai dengan hakikat kebenaran alkitabiah adalah dosa dihadapan Tuhan dan jemaat.
        Itu sebabnya, tanpa bermaksud merendahkan martabat hamba Tuhan yang berkotbah atau mendiskreditkan kredibilitas pelayanannya, tulisan ini bertujuan sebagai masukan untuk mempertegas tanggungjawab Pengkotbah dalam menyampaikan Firman Tuhan. Hal ini penting agar Pengkotbah tetap “awas”  terhadap ajarannya sebagaimana ditegaskan dalam 1 Timotius 4:16,  belajar lebih dalam memahami nats ayat atau teks dengan benar dan  menyajikannya sesuai arti esensinya, dan sebagai filter  bagi tafsiran yang dipaksakan menurut subyektifitasnya, melainkan berlandaskan obyektivitas kebenaran alkitabiah. Mengingat bahwa Pengkotbah dalam hal ini: Gembala Sidang atau Pelayan Tuhan, Pemimpin Sel Group, serta Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) memiliki tanggung jawab iman, mental, moral, spiritual dan intelektual dihadapan Tuhan dan jemaat pada waktu menyampaikan Firman Tuhan, maka tanggung jawab ini penting untuk terus diingat dan didengungkan dalam hati. Sebab  isi ajaran yang dikotbahkan  memberikan dampak signifikan terhadap jemaat yang .mendengarnya, apakah ajaran itu benar atau salah. Seperti apa ‘isi ajaran’  yang dikotbahkan atau dikomunikasikan, maka seperti  itu pula nantinya akan mengisi pemahaman atau pola pikir (paradigma) jemaat sebagai pijakan bagi pembentukan respon, kualitas sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Dengan demikian jemaat dapat mencapai tujuan  memamahi Alkitab secara utuh dan mengaplikasikan Firman Tuhan dengan benar dalam konteks masa kini, sangat bergantung dari isi kotbahnya.
Atas alasan itulah, penulis merasa terbeban untuk membagikan buah pikiran dalam tulisan “Membedah Isi Kotbah: Merekonstruksi Materi Kotbah Berdasarkan Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis” yang diharapkan bisa menjadi salah satu referensi bagi para Pengkotbah,   sebagai tambahan khasanah pengetahuan dan pendalaman menggali materi kotbah, sehingga menjadi ‘konsumsi layak’ dan ‘bergizi’ atau menjadi ‘rhema’ dan berkat bagi jemaat yang dilayani. 



Senin, 16 Desember 2013





PENYEMBAHAN SEJATI
(Perspektif Natal)

Matius 2:2, “Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”
Moment kelahiran Yesus Kristus  atau yang disebut Natal, sangat special bagi orang percaya di seluruh dunia. Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut hari bahagia ini, namun sangat disayangkan bila keindahan Natal hanya sekedar diisi dengan kesenangan belaka.
Beberapa orang Majus dari Timur  sangat yakin bahwa ada Raja yang lahir di dunia. Kerinduan besar untuk berjumpa dengan Sang Raja dan ingin menyembah-Nya, terlihat  jelas dari pengorbanan waktu yang mereka sediakan.  Secara teologis, sikap hati  seperti ini  tentunya tidak lazim bagi orang yang belum mengenal Tuhan, namun adalah sebuah keajaiban yang Tuhan nyatakan kepada mereka mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus , sekaligus menyatakan benar bahwa Juruselamat dunia telah lahir sesuai dengan nubuatan para Nabi yang tercatat dalam Alkitab. Respon berbeda nampak dari para ahli Taurat dan Pemuka Agama yang walaupun memahami  nubuatan kedatangan Mesias atau kelahiran Yesus Kristus di Betlehem, tetapi tidak ada inisiatif untuk menyembah-Nya. Sebaliknya, Herodes menyatakan ingin menyembah Yesus tetapi di dalam hatinya penuh kepura-puraan dan kejahatan terencana.
Peristiwa tersebut seharusnya mencelikkan mata hati kita dan memberikan pelajaran penting dimasa kini, bagaimana seharusnya sikap  yang tepat dan benar dalam menyambut Natal Yesus Kristus. Natal berhubungan dengan sikap hati menyembah Tuhan yang dilakukan selama nafas hidup masih berhembus, artinya penyembahan kepada Yesus Kristus tidak terbatas, dan ini harus menjadi gaya hidup kita setiap saat. Penyembahan berbicara keintiman dengan Tuhan, pembenahan diri atau koreksi diri, ketundukan diri, penaklukkan sikap egoisme dan menumbuhkan semangat kerendahan hati, dan totalias hidup dan apa yang dilakukan adalah semata-mata hanya pemuliaan Raja segala raja yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Mari kita sambut Natal Yesus Kristus dengan gairah penyembahan sejati. Penyembahan anda kepada Yesus Kristus menentukan makna Natal sesungguhnya di hidup yang anda jalani hari ini dan esok. True Worshippers Christmas!



 


^^^^^^^



EUFORIA TAHUN BARU
(Pemaknaan Pergantian Tahun dengan Benar)
_____________________________________________________________________________________
1 Tawarikh 20:1, “Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Yoab membawa keluar bala tentaranya, lalu ia memusnahkan negeri bani Amon, kemudian ia maju dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.”
___________________________________________________________________________________________
Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari  karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia (Wikipedia bahasa Indonesia).
Euforia pergantian tahun ditandai dengan pesta kembang api,  trek-trekan kendaraan bermotor, dugem, pesta pora. Euforia lain terlihat karena di mall-mall memberikan diskon hingga 70% bagi mereka yang berbelanja tepat pada pk.12.00 malam. Namun, situasi ini hanya berlaku satu malam saja, namun belum tentu besok seperti itu!
Masa pergantian tahun atau tahun baru  bagi Israel  di era pemerintahan raja Daud, ditandai dengan ‘perang’ sebagaimana yang tercatat dalam 1 Tawarikh 20:1-8.  Belum sampai menikmati euforia kemenangan  di Yerusalem, mereka harus bertempur lagi melawan orang Filistin di Gat yang tentaranya  keturunan raksasa. Bahkan di pasal 21  menunjukkan bentuk pertempuran ‘roh’ dimana Iblis bangkit melawan orang Israel.  Dari sekian tanda-tanda yang diperlihatkan pada pergantian tahun, mengingatkan kita agar tetap waspada, sebab ada banyak tantangan dan rintangan lebih besar  yang akan kita hadapi di depan.
Jangan terlena dengan euforia sesaat, namun alangkah bijaksananya anda ketika hari ini menghimpun kekuatan iman,mental,spiritual dan intelektual yang baik, terutama semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, agar ke depan anda siap menerobosi tantangan dan rintangan sebesar apapun itu, termasuk kekuatan Iblis.  Percayalah, anda diciptakan sebagai  PEMENANG!