Rabu, 05 Maret 2014



SEGERA TERBIT BUKU ______________________________________________________________________
MEMBEDAH ISI KOTBAH
Merekonstruksi Materi Kotbah Berdasarkan
 Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis
By.Marvel M.Rawung
__________________________________________________________________________________
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu,                             karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang  yang mendengar engkau” (1Timotius 4:16).
_________________________________________________________________________________

Prakata
        Mencermati trend isi kotbah yang tidak memberitakan amanat teks dan kencederungannya bersifat ‘eisegesis’ dan ‘hiper-alegoris’ dapat dikategorikan sebagai tindakan destruktif (bersifat merusak) atau subversif (meruntuhkan) terhadap tatanan nilai hermeneutika (ilmu tafsir) dan tujuan homiletika (ilmu kotbah)  yang sejatinya  sebagai instrument untuk menolong Pengkotbah dalam mewartakan kebenaran esensial atau kebenaran seutuhnya.  Disisi audience (jemaat) berpotensi menimbulkan interpretasi serta konklusi keliru, yang pada gilirannya di tahap aplikasi berakibat dilematis bagi tindakan iman, dan tentu saja menghambat pertumbuhan kedewasaan rohani mereka.
        Mengkritisi fenomena tersebut, menurut penulis perlu dilakukan semacam ‘Bedah Isi Kotbah’ (baca: mengungkap kembali) dan direkonstruksi lagi (penyusunan ulang) dengan materi kotbah yang berdasarkan study eksposisi Alkitab dan  eksegesa praktis. Tidak mudah membedah isi kotbah karena lebih bersifat lisan (visual) atau bahasa verbal, dibandingkan membedah buku  atau yang dikenal dengan resensi buku (a book review) yang pengkajiannya secara tertulis. Akan tetapi, bukan berarti isi kotbah yang disampaikan secara lisan atau visual tidak bisa dikritisi. Tentu saja alasan dasar mengkritisi isi kotbah  bukan untuk membuka ‘perang logika’ dengan hamba Tuhan,  namun sebagai upaya memberikan sumbangsih pemikiran yang diharapakan menolong hamba Tuhan dalam mempersiapkan materi kotbah dengan baik, dan dapat mempreposisikan esensi kebenaran sesuai pedoman Alkitab. Sebab legitimasi terhadap isi kotbah yang tidak sesuai dengan hakikat kebenaran alkitabiah adalah dosa dihadapan Tuhan dan jemaat.
        Itu sebabnya, tanpa bermaksud merendahkan martabat hamba Tuhan yang berkotbah atau mendiskreditkan kredibilitas pelayanannya, tulisan ini bertujuan sebagai masukan untuk mempertegas tanggungjawab Pengkotbah dalam menyampaikan Firman Tuhan. Hal ini penting agar Pengkotbah tetap “awas”  terhadap ajarannya sebagaimana ditegaskan dalam 1 Timotius 4:16,  belajar lebih dalam memahami nats ayat atau teks dengan benar dan  menyajikannya sesuai arti esensinya, dan sebagai filter  bagi tafsiran yang dipaksakan menurut subyektifitasnya, melainkan berlandaskan obyektivitas kebenaran alkitabiah. Mengingat bahwa Pengkotbah dalam hal ini: Gembala Sidang atau Pelayan Tuhan, Pemimpin Sel Group, serta Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) memiliki tanggung jawab iman, mental, moral, spiritual dan intelektual dihadapan Tuhan dan jemaat pada waktu menyampaikan Firman Tuhan, maka tanggung jawab ini penting untuk terus diingat dan didengungkan dalam hati. Sebab  isi ajaran yang dikotbahkan  memberikan dampak signifikan terhadap jemaat yang .mendengarnya, apakah ajaran itu benar atau salah. Seperti apa ‘isi ajaran’  yang dikotbahkan atau dikomunikasikan, maka seperti  itu pula nantinya akan mengisi pemahaman atau pola pikir (paradigma) jemaat sebagai pijakan bagi pembentukan respon, kualitas sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Dengan demikian jemaat dapat mencapai tujuan  memamahi Alkitab secara utuh dan mengaplikasikan Firman Tuhan dengan benar dalam konteks masa kini, sangat bergantung dari isi kotbahnya.
Atas alasan itulah, penulis merasa terbeban untuk membagikan buah pikiran dalam tulisan “Membedah Isi Kotbah: Merekonstruksi Materi Kotbah Berdasarkan Study Eksposisi Alkitab dan Eksegesa Praktis” yang diharapkan bisa menjadi salah satu referensi bagi para Pengkotbah,   sebagai tambahan khasanah pengetahuan dan pendalaman menggali materi kotbah, sehingga menjadi ‘konsumsi layak’ dan ‘bergizi’ atau menjadi ‘rhema’ dan berkat bagi jemaat yang dilayani.